Disiplin Diri
untuk Berubah
by @rezawismail
Motivasi yang awalnya memicu kita,
kebiasaan yang membuat kita terus berjalan. -Jim Ryun
Perubahan adalah hal yang pasti dalam hidup ini. Banyak orang memilih untuk
berubah untuk mengembangkan diri, menciptakan kemajuan, dan membuat keadaan
menjadi lebih baik lagi.
Akan tetapi banyak orang juga mengalami kesulitan untuk berubah walau
mereka tahu perubahan itu bagus. Survei membuktikan, hanya 9% dari pasien yang
telah diperasi jantung mau mengubah gaya hidupnya agar lebih sehat.
Di dalam dunia bisnis, 70% perusahaan yang di survey gagal melaksanakan
inisiatif perubahan bukan karena idenya tidak bagus, analisis yang kurang atau
sistem yang lemah. Tapi karena keengganan dari sumber daya manusianya.
Orang-orangnya yang sulit berubah.
Perubahan perilaku menjadi sulit karena otak manusia tanpa sadar menolak
perubahan.
Lalu, bagaimana caranya agar berubah menjadi mudah?
Pertama-tama,
kita harus mengerti bahwa otak kita mengatur segala tindakan kita.
Perubahan perilaku yang sukses membutuhkan pendayagunaan otak secara
menyeluruh.
TIGA
BAGIAN OTAK
Selama ini, bagian otak yang kita sadari adalah
neokorteks, otak kiri dan otak kanan.Pre-frontal korteks sebelah kiri
mengontrol sisi kanan tubuh dan bersifat rasional, verbal, dan sistematis. Pre-frontal korteks sebelah kanan mengendalikan seluruh
badan di sisi yang kiri dan berpikir secara abstrak, spasial, serta berjiwa
seni.
Hampir 75% dari berat otak secara keseluruhan terdiri dari neokorteks ini.
Otak bagian depan ini berfungsi sebagai pemikir kreatif, pencetus inovasi, dan
yang merencanakan perubahan.
Walaupun begitu, otak bagian depan ini sangat boros energi. Istilahnya,
berpikir itu melelahkan. Makanya butuh istirahat dan tidur. Dan otak bagian
depan ini bisa dibajak tiba-tiba oleh otak di bagian lainnya. Contohnya ketika
seseorang bereaksi spontan tanpa berpikir atau bergerak dengan refleks.
Sehingga; banyak pemikiran, harapan, dan rencana perubahan gagal dieksekusi
serta bertahan dalam jangka panjang karena kelemahan otak bagian depan
tersebut. Bagian otak lainnya bisa lebih berkuasa, bahkan tetap aktif ketika
kita sedang tidur. Secara tak sadar, kita menolak perubahan.
Bagian otak yang takut terhadap perubahan ada di
bagian tengah, di dalam sistem limbik yang disebut amygdala. Bagian inilah yang ingin bertahan dalam zona nyaman.
Sistem limbik yang mengatur respons emosional kita, bereaksi dengan menghindari
derita dan mengejar sukacita. Sistem limbik ini penting untuk bertahan hidup
dan berkembang biak.
Selanjutnya ada bagian otak kita yang terletak di
bagian belakang, batang otak dancerebellum, yang berfungsi mengatur
keseimbangan, fungsi-fungsi otot dan otomatisasi, seperti jantung agar terus
berdetak serta bernafas secara konstan.
KUNCI
PERUBAHAN SEJATI
Disinilah kunci perubahan yang sesungguhnya, dengan
memahami cara otak kita bekerja dan memanfaatkan kekuatan otak yang tak
disadari. Pakar neurologi PauL
MacLeanmenjelaskan lebih rinci
ketiga fungsi otak dengan teorinya yang terkenal sebagai: Triune
Brain.
Ketika seseorang memutuskan untuk berubah, ide perubahan tersebut baru
sebatas teori. Agar perubahan berhasil diimplementasikan dan tahan lama, kita
perlu menciptakan memori prosedural supaya bisa bertindak tanpa perlu banyak
berpikir. Misalnya seperti saat kita berkendara, menggosok gigi, atau
berpakaian.
Kesemuanya biasa kita lakukan tanpa berpikir panjang. Contohnya, ketika
memakai celana kita tidak merenungkan kaki yang mana yang duluan, kiri atau
kanan? Perbuatan kita yang terus diulang-ulang menjadi kebiasaan. Kebiasaan
adalah urutan tindakan yang dilakukan secara efektif tanpa menghabiskan banyak
tenaga untuk berpikir. Kebiasaan bersifat teratur, seperti fungsi otak bagian
dalam/belakang yang terus bekerja meski tanpa disadari.
Kebiasaan adalah kunci sejati untuk menciptakan
perubahan yang tahan lama. Kebiasaan, ritual, dan perilaku rutin dibentuk di
dalam basal ganglia, bagian otak dalam dengan cara
menguatkan koneksi-koneksi saraf. Kebiasaan yang sudah tertanam kuat akan sulit
diubah.
Maka dari itu, otak depan (kiri dan kanan) boleh saja mempunyai keinginan
yang kuat untuk berubah, tapi untuk mengubah kebiasaan-kebiasaan lama
membutuhkan banyak energi. Mengubah kebiasaan terasa tidak nyaman dan
menciptakan tekanan psikologis.
Upaya yang dilakukan untuk berubah akan terasa sangat berat dan membutuhkan
fokus yang tinggi. Perubahan, kalaupun terjadi bisa hanya sementara dan begitu
kita kehabisan energi serta kehilangan konsentrasi, kita akan kembali ke
perilaku-perilaku di dalam kebiasaan lama.
Tapi kita harus berdisiplin, terus berusaha berubah dan membentuk perilaku
sampai menjadi kebiasaan baru. Kebiasaan baru ini akan memastikan perubahan
yang ingin kita buat berjalan dalam jangka panjang. Lalu, bagaimana caranya
agar disiplin diri menjadi lebih mudah?
DUKUNGAN
DISIPLIN DIRI
Tantangan dalam berdisiplin berasal dari kecenderungan otak untuk
mendapatkan homeostatis. Pikiran kita secara alamiah membutuhkan kepastian,
kestabilan, dan ingin selalu berada dalam zona nyaman.
Perubahan menakut-nakuti pikiran dengan mengaktifkan orbital korteks di dekatamygdala yang bertanggung jawab untuk rasa takut dan
marah. Perasaan yang tegang dan cemas akan mengambil alih akal sehat kita untuk
berpikir panjang. Keinginan untuk berubah terasa salah dan tidak enak.
Perubahan terasa mengancam. Mengapa bisa begitu?
Pada umumnya, otak mempersepsikan sesuatu yang salah di lingkungan sebagai
sesuatu yang berpotensi membahayakan jiwa. Semak-semak yang bergoyang aneh
ketika kita di hutan mengaktifkan adrenalin kita untuk bersiap-siap lari tanpa
pikir panjang. Kita ingin segera kembali ke lingkungan yang aman, nyaman, dan
yang sudah familiar seperti rumah kita sendiri.
Proses berpikir seperti ini terjadi di sistem limbik
yang mengatur motivasi kita untuk bertindak lewat emosi. Segala tindakan kita
dimotivasi dengan emosi, memaksimalkan rasa senang dan meminimalisir rasa
nestapa. Dengan mengerti prinsip motivasi di dalam sistem limbik ini, kita bisa
merestrukturisasi motivasi secara internal lewat pengaturan emosi dan tension (tekanan mental).
Menata ulang perilaku membutuhkan insentif, yang positif seperti imbalan
(materi atau non-materi) atau yang negatif seperti ancaman sanksi atau hukuman.
Kita bisa mencoba men-setting lingkungan yang mendukung perubahan, menyiapkan
sarana serta prasarana di sekitar kita yang memfasilitasi perubahan, peralatan,
makanan, dan sebagainya yang mendorong pembentukan kebiasaan lewat disiplin
diri ini.
Melaksanakan proses pendisplinan diri untuk berubah juga akan semakin mudah
seiring waktu, karena repetisi atau tindakan yang diulang-ulang akan terangkai
dalam suatu jalinan neural yang semakin kuat seiring waktu. Istilahnya, jadi
jago.
Dan pelaksanaan proses berdisiplin ini akan lebih cepat serta efisien
dengan bantuan orang lain; bisa dengan teman, rekan, atasan, dan siapapun yang
bisa meningkatkan motivasi serta komitmen untuk berubah. Motivasi karena emosi
(baik positif maupun yang negatif) bisa dipicu oleh interaksi sosial kita.
LANGKAH-LANGKAH
PERUBAHAN
Intinya adalah; pertama-tama kita pikirkan dan rencanakan perubahan secara
matang di otak bagian depan. Susun rencana dengan teratur dan terperinci agar
nanti pada tahap pelaksanaan tidak perlu berpikir banyak lagi sehingga bisa
menjadi suatu kebiasaan yang prosedural.
Selanjutnya, kebiasaan inilah yang akan mengantarkan perubahan menjadi
suatu transformasi yang sukses. Berubah tidak hanya untuk sesaat atau
sementara, melainkan dalam jangka panjang dan tahan lama.
Kebiasaan sebagai kunci utama perubahan yang langgeng, direalisasikan
dengan berdisiplin. Disiplin diri ini dibangun dengan perilaku yang konsisten
untuk menguatkan jalan saraf, minimal 28 hari agar menjadi suatu perilaku yang
semi-otomatis (kebiasaan yang tertib).
Emosi dan tensi atau tekanan secara psikologis bisa digunakan sebagai pemicu
motivasi awal untuk berdisiplin. Lalu, bantuan orang lain serta pengelolaan
lingkungan bisa dimanfaatkan sebagai dukungan dalam menegakkan kedisiplinan.
Dan terakhir, kita tak perlu memforsir kekuatan
kehendak. Secukupnya saja jangan sampai kehabisan lalu menjadi tidak mau
berubah karena sudah tidak punya kehendak. Kita bisa mengaplikasikan filosofi kaizen untuk bisa berubah lewat disiplin.
Caranya dengan bertindak secara sederhana terlebih dahulu, lakukan hal yang
termudah pada awalnya yang penting konsistensi, barulah ditingkatkan secara
bertahap jika sudah konsisten. Sebagai contoh, coba lakukan selama 5 menit saja
dahulu yang penting bisa rutin setiap hari. Setelah bisa rutin barulah
ditingkatkan kedisiplinannya.
Perubahan kecil bisa menjadi besar dan berkelanjutan jika kita lakukan
secara terus-menerus dan diperbaiki tanpa henti. Salam perubahan!
Artikel yang bermanfaat gan apalagi jika benar-benar diterapkan dalam berbagai aspek misalnya kita aplikasikan saat kita ingin belajar bagaimana cara cepat belajar bahasa inggris dapat dilakukan dengan disiplin.
ReplyDeletePengajar bimbingan belajar murah jakarta