Perbedaan
Gangguan Psikofisiologis dengan Somatoform
Oleh: Lubi Nurzaman
Dalam
gangguan psikofisiologis faktor-faktor psikologis benar-benar menyebabkan
gangguan-gangguan fisik. Misalnya, stress psikologis yang lama dapat
menyebabkan produksi asam lambung bertambah dan asam tersebut dapat menyebabkan
lubang pada dinding lambung. Dalam gangguan somatoform, faktor-faktor
psikologis menyebabkan simtom-simtom gangguan-gangguan fisik tetapi tidak ada
gangguan-gangguan yang aktual (tidak ada jaringan-jaringan yang rusak dalam
tubuh). Misalnya seseorang yang menderita gangguan konversi kemungkinan akan
menderita kelumpuhan pada lengan, tetapi syaraf-syaraf otot atau tulang lengan
tidak rusak.
Contoh
kasus psikofisiologis
Andi, seorang
mahasiswa, apabila mendekati ujian atau deadline mengumpulkan tugas selalu
mengeluhkan timbulnya “bisul” di beberapa tempat. Timbulnya masalah tersebut
sama sekali tidak terkait dengan masalah kebersihan kulit karena mahasiswa
tersebut rajin membersihkan tubuhnya. Hal yang lebih mempersulit diagnosis ini
adalah “bisul” tersebut akan hilang dengan sendirinya setelah ujian selesai
atau tugas telah dikumpulkan. Padahal sebelumnya walaupun mahasiswa itu sudah
berusaha memberikan berbagai macam obat-obatan, “bisul” itu tidak menghilang,
namun hanya pindah tempat dan muncul di tempat lain.
Contoh
kasus somatoform body dysmorphic disorder
Yuni,
33 tahun seorang perempuan dengan wajah cukup menarik; mata bulat, hidung
mancung, kulit putih bersih dan rambut hitam sebahu, datang ke psikiater atas
rujukan dan dari seorang dokter bedah plastik. Menurut sang dokter, menemui
psikiater adalah syarat sebelum pasien dapat menjalani bedah plastik. Yuni
mengatakan ia ingin menjalani bedah plastik, karena hidungnya dirasakan terlalu
pesek. Ia merasa terganggu dengan kondisi hidungnya yang membuatnya kurang
percaya diri di depan orang lain. Menurutnya, sebelumnya ia sudah pernah
melakukan beberapa usaha untuk membuat hidungnya mancung antara lain 2 kali
suntik silikon di pusat kecantikan dan mendatangi seorang ahli pengobatan
alternatif yang terkenal dapat “mempermak” wajah seseorang, namun hingga kini
hasilnya kurang memuaskan.
Akhirnya Yuni
memutuskan untuk menjalani operasi plastik, sehingga dapat memperbaiki tulang
hidungnya agar menjadi lebih mancung.
No comments:
Post a Comment