Oleh: Lubi Nurzaman*
Hari Rabu yang lalu tepatnya tanggal 14
Maret 2012 alhamdulillah telah dilaksanakan kuliah umum atau stadium general
yang bertempat di aula STT Mandala Bandung dengan pembicara Prof.Dr. Afif
Muhammad, M.A. beliau adalah guru besar di Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Gunung
Djati Bandung. Acara ini sendiri diselenggarakan oleh Fakultas Psikologi
Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung sebagai salahsatu agenda
rutin yang diadakan disetiap awal smester. Berikut ini adalah salahsatu isi
pembahasan dari stadium general yang telah dilaksanakan itu. Selamat membaca!.
Menurut salah seorang psikolog muslim, Hana
Djuhana Bastaman, “Psikologi dan Islam adalah seperti dua sisi mata uang yang
tak bisa dipisahkan” artinya bahwa sejak Islam lahir ke muka bumi ini Islam
telah memberikan ajaran tentang psikologi baik secara tersirat maupun tersurat namun
belum ada penamaan khusus tentang ilmu yang membahas tentang perilaku manusia
ini karena nama psikologi baru muncul pada abad ke 18 oleh para psikolog barat.
Marilah kia lihat perbedaan antara Psikologi
Islam dengan Psikologi Barat atau yang pak Afif sebutkan Psikologi Islam dan
psikologi konvesional (barat).
Lahirnya psikologi di barat ketika
terjadinya sekularisasi sehingga melahirkan psikologi bebas nilai yaitu bebas
dari nilai-nilai agama dan berkembang hanya berdasarkan rasionalisme dan
empirisme tanpa mengandung nilai-nilai agama.
Perbedaan mencolok juga terihat dalam
pembagian rumusan manusia anatara Islam dan barat, menurut Islam manusia yang sempurna adalah manusia yang iman
dan takwanya telah sesuai dengan ajaran Islam dan segala perbuatannya sesuai
dengan ajaran Islam sedangkan manusia sempurna menurut barat adalah manusia yang
memilki fisik kuat, harta yang banyak, jabatan yang tinggi, dan segala sesuatu
di ukur dengan rasionalisme dan empirisme. Di barat ukuran kebahagian dihitung
hanya berdasarkan materi semata sedangkan di Islam ukuran kebahagian adalah
bahagia fisik dan psikis, kita semua bisa melihat walaupun negara-negara muslim
dari segi materi mayaoritas kekurangan tetapi hidup mereka bahagia karena
psikisnya (kejiwaan/ruhani) juga bahagia sedangkan di barat walaupun materi
banyak tetapi psikis mereka tidak bahagia indikatornya adalah tingkat bunuh di negara-negara
barat lebih tinggi daripada di negara-negara muslim..
Setiap manusia di lahirkan dengan dibekali
dua potensi yaitu potensi rasioal dalam bentuk akal dan intuisi dalam bentuk
hati, dari ke dua potensi tersebut manusia dapat menjalani hidup dan
kehidupannya tergantung bagaimana manusia itu mendayagunakan kedua potensi yang
dimilikinya.
Menjadi seorang muslim yang ideal adalah
cita-cita setiap kaum muslimin di dunia ini. Muslim yang ideal adalah muslim yang
memilki jasmani yang sehat, ruhani yang sehat dan agama yang benar. Akan
tetapi, untuk mencapai muslimyang ideal itu bukanlah hal yang mudah, salah satu
indikatornya adalah dalam pelaksanaan salah satu kewajiban pokok ummat Islam
yaitu shalat, masih banyak ummat Islam yang secara fisik terlihat shalat akan
tetapi jiwanya tidak shalat. Al-Ghazali pernah berkata, “Banyak orang yang
takbirotul ihrom tapi sebenarnya ia tidak shalat, karena ruhaninya juga tidak
shalat”.
Para psikolog barat berpandangan bahwa Tuhan
adalah sesuatu yang diciptakan manusia untuk memenuhi rasa amannya. Sigmund
Freud, seorang ahli psikologi aliran psikoanalisa pernah berkata, “Manusia di
lahirkan tidak beragama dan Tuhan diciptakan manusia karena mansia membutuhkan
rasa aman”. Masih kata Freud, “Tuhan pertama manusia adalah ibunya karena ibunya
memberikan rasa aman dan seiring dengan tumbuh kembangnya manusia maka Tuhannya
juga terus berganti sampai dengan titik dimana manusia berhasil mengatasi semua
masalahnya sehingga manusia tidak lagi membutuhkan Tuhan”. Beda dengan ummat Islam,
sejak baru di ciptakan di alam ajali manusia telah ber-Tuhan dan baru ketika dilahirkan
ke dunia manusia dapat memahami tentang Tuhan dengan akan dan pikirannya dan
dijabarkan dalam bentuk perbuatan.
Rasulullah SAW. mengajarkan Islam kepada para sahabat yang
pertama adalah dari kognisinya terlebih dahulu kemudian ke afektif dan
psikomotor sehingga ajaran Islam mudah
dicerna oleh para sahabat. Strategi Rasulullah ini dapat kita tiru sehingga ummat
Islam dapat memahami ajaran Islam secara kaffah.
“Kalau punya uang simpanlah di dompet
jangan disimpan di pikiran” begitulah bunyi salahsatu peribahasa. Makna dari peribahasa tersebut
adalah kita harus berpikir bahwa segala sesuatu yang kita miliki hakikatnya
adalah milik Allah SWT sehingga kita jangan terlalu memikirkan hal-hal yang
kita miliiki di dunia ini karena semua itu adalah titipan dari Allah SWT
semata.
Kembali keperbedaan antara Psikologi Islam
dengan Psikologi Barat. Perbedaan selanjutnya adalah hal aksiologi atau
kegunaan, Psikologi Islam mengatasi masalah yang akan dan belum terjadi
sedangkan Psikologi Barat megatasi masalah yang telah terjadi. Akan tetapi,
ummat Islam zaman sekarang baru pintar hanya dalam segi keilmuwan saja sedangkan
praktinya tidak, padahal salahsatu yang dapat menjadikan ilmu berkembang dan
bermanfaat adalah mempraktikannya. Dalam Taswuf dikenal istilah “Knowledge by
Experience” atau pengetahuan berdasarkan pengalaman yaitu pengetahuan yang didapat
akan lebih mudah di serap dan dipahami apabila didapatkan berdasarkan pengalaman-pengalaman
terutama penglaman mempraktikannya. Dan masalah selanjutnya yang dihadapi ummat
Islam adalah sikap “Sains Phobia” atau ketakutan yang berlebihan terhadap pengetahuan
terutama pengetahuan tentang keduniawian seperti biologi, fisika, antropologi
dan lain sebagainnya.
Kesimpulannya adalah:
1. Psikologi dan Islam adalah seperti 2 sisi mata uang yang tak bisa
dipisahkan.
2. Lahirnya psikologi di barat ketika terjadinya sekularisasi sehingga
melahirkan psikologi bebas nilai yaiut bebas dari nilai-nilai agama, psikologi
yang lahir di barat ini lahir dan berkembang berdasarkan rasionalisme dan
empirisme tanpa mengandung nilai-nilai agama.
3. Setiap manusia di lahirkan dengan dibekali dua potensi yaitu potensi
Rasioal dalam bentuk akal dan Intuisi dalam bentuk hati, dari ke dua potensi
tersebut manusia dapat menjalani hidup dan kehidupannya tergantung bagaimana
manusia itu mendayagunakan kedua potensi yang dimilikinya.
4. Muslim yang ideal adalah muslim yang memilki jasmani yang sehat, Ruhani
yang sehat dan agama yang benar.
5. Rasulullah SAW. Mengajarkan Islam kepada para sahabat yang pertama adalh
dari kognisinya terlebih dahulu kemudian ke afektif dan psikomotor sehingga
ajaran Islam mudah dicerna oleh para sahabat.
6. Psikologi Islam mengatasi masalah yang akan dan belum terjadi sedangkan Psikologi
Barat megatasi masalah yang telah terjadi.
7. “Sains Phobia” atau ketakutan yang berlebihan terhadap pengetahuan
terutama pengetahuan tentang keduniawian seperti biologi, fisika, antropologi
dan lain sebagainnya.
Keterangan:
*Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas
Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung semester II angkatan 2011/2012.
No comments:
Post a Comment