DORONGAN PSIKIS
DALAM ALQURAN
Dorongan psikis
adalah dorongan yang berasal dari jiwa yang bersifat abstrak. Menurut
psikoanalis Freud dorongan psikis terletak di id kemudian di ekspresikan oleh
ego. Dorongan psikis secara sifat terbagi dua yaitu dorongan psikis yang
bersifat positif dan dorongan psikis yang bersifat negatif.
Salah satu bentuk dorongan
psikis positif adalah rasa cinta dan kasih sayang. Dalam Al-Quran terdapat
banyak sekali ayat berhubungan dengan cinta dan kasih sayang.
Dan di antara
manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka
mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang
beriman sangat cinta kepada Allah. Dan jika seandainya orang-orang yang berbuat
dzalim itu mengetahui ketika mereka melihat siksa (pada hari kiamat), bahwa
kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya dan bahwa Allah amat berat siksaan-Nya
(niscaya mereka menyesal). (Q.S. Al-Baqarah:
165)
Secara implisit ayat
di atas mengandung arti tentang rasa cinta yang dimilki oleh orang-orang kafir
kepada berhala-berhala. Sedangkan orang-orang beriman sangat cinta kepada
Allah. Dan juga dalam ayat berikut ini:
Dijadikan indah pada
(pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu:
wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda
pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di
dunia dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga). (Al-Imran:14)
Ayat di atas juga
mengandung arti bahwa pada dasarnya setiap manusia memilki rasa cinta baik
terhadap benda mati maupun benda hidup.
Katakanlah: “Jika
kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan
mengampuni dosa-dosamu.” Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Al-Imran:31)
Dan
yang termasuk dari dorongan psikis negatif adalah marah atau dalam bahasa
arabnya adalah al-ghadlab. Dalam Alquran, kata al-ghadlab, dengan perubahan
bentuk kata, jumlahnya tak kurang dari 24 kali. Dari sekian banyak ayat
tersebut, kata al-ghadlab lebih banyak dikaitkan kepada Allah sebagai Sang
Khalik. Hanya sedikit ayat yang mengaitkan al-ghadlab dengan manusia. Itu pun
bukan terhadap manusia biasa, tetapi terhadap Nabi Musa AS. (QS al-A'raf [7]:
150).
Dan tatkala Musa telah kembali kepada kaumnya
dengan marah dan sedih hati berkatalah dia: Alangkah buruknya perbuatan yang
kamu kerjakan sesudah kepergianku! Apakah kamu hendak mendahului janji
Tuhanmu?" Dan Musa pun melemparkan luh-luh (Taurat) itu dan memegang
(rambut) kepala saudaranya (Harun) sambil menariknya ke arahnya. Harun berkata:
Hai anak ibuku, sesungguhnya kaum ini telah menganggapku lemah dan
hampir-hampir mereka membunuhku, sebab itu janganlah kamu menjadikan
musuh-musuh gembira melihatku, dan janganlah kamu masukkan aku ke dalam
golongan orang-orang yang lalim".
Secara impilisit ayat di atas mengandung arti bahwa marah itu merupakan salahsatu dorongan psikis yang di sebabkan adanya stimulus internal maupun eksternal.
Secara impilisit ayat di atas mengandung arti bahwa marah itu merupakan salahsatu dorongan psikis yang di sebabkan adanya stimulus internal maupun eksternal.
No comments:
Post a Comment