BELAJAR RENDAH HATI
Dalam mengawali sebuah cerita, saya biasanya membukanya
dengan sebuah pertanyaan. Dan dalam cerita kali ini pun saya akan memulainya
dengan sebuah pertanyaan.
Apa yang cenderung kita lakukan ketika mendapatkan masukan
atau kritikan dari orang lain? Apa respon yang secara spontan keluar dari otak?
Saya bukanlah seorang psikolog yang bisa menjelaskan secara
saintifik terkait human behaviour. Bukan pula seorang ahli yang mengerti secara
dalam terkait jiwa. Namun, ijinkanlah saya untuk menyampaikan opini saya terkait
pertanyaan di atas.
Menurut pengalaman saya, secara naluriah manusia dengan
spontan akan membela diri ketika mendapat sebuah "serangan"; entah
itu berbentuk sikap fisik maupun lisan. Maka, begitu pula halnya ketika kita
mendapatkan sebuah kritikan atau masukan, yang kadang dianggap sebagai
serangan. Kita cenderung untuk berusaha semaksimal mungkin membela diri. Dalam
beberapa kasus tertentu malah berusaha untuk membalas, memberikan serangan
balik.
Di sisi lain, ada pula kecenderungan di dalam diri untuk
menyepelekan dan mengabaikan suatu masukan atau kritikan yang disampaikan
kepada kita. Terlebih jika yang menyampaikan adalah orang yang lebih muda,
lebih rendah posisi/jabatannya, atau inferioritas lainnya.
Namun, saya tidak mengatakan bahwa membela diri merupakan
sebuah sikap yang salah. Itu manusiawi. Wajar jika ada usaha untuk melindungi
diri dari kemungkinan-kemungkinan bahaya yang dapat melukai.
***
Saya belajar sebuah hal. Bahwasanya sebuah KEBENARAN bisa
berasal dari siapapun, di manapun dan kapanpun. Oleh karenanya, kita perlu
belajar untuk rendah hati; selalu terbuka untuk mendengarkan nasihat dan
belajar dalam setiap kesempatan.
Tidak selalu sebuah kritikan dan masukan itu buruk. Tidak selalu
mereka yang menyampaikan kritikan dan masukan itu berniat menjatuhkan. Selama
sebuah kritikan itu bersifat konstruktif, maka tak mengapa ia disampaikan.
Sebelum terburu-buru menjustifikasi buruk terhadap suatu
kritikan atau masukan, ada baiknya kita sejenak merenungkan apa yang
disampaikan oleh pemberi masukan dan kritikan tersebut. Apakah yang disampaikan
mereka tersebut memang benar adanya? Apakah itu KEBENARAN? Jika ya, maka
sepatutnya kita berusaha untuk menundukkan emosi dan ego, dan kemudian belajar
untuk rendah hati menerima kebenaran tersebut. Sehingga, saat mendengar sebuah
masukan atau kritikan, kita tidak terburu-buru membela diri, marah atau
menyerang balik.
***
Kembali melihat definisi rendah hati, yaitu sikap untuk
selalu terbuka dalam mendengarkan nasihat dan belajar dari setiap kesempatan,
dari siapapun, di manapun, kapanpun", saya menangkap pesan bahwasanya
dibalik sebuah kritikan dan masukan, bisa jadi di dalamnya terdapat suatu
nasihat berharga. Hanya saja, kita perlu
mencernanya terlebih dahulu dengan kepala dingin dan tidak emosi untuk
menemukan "hal berharga" tersebut.
Mengapa berharga? Adanya kebenaran yang terdapat di dalam
masukan dan kritikan tersebut, menjadi suatu modal penting bagi perbaikan diri
untuk menjadi lebih baik. Dan menurut saya,menjadi seseorang yang lebih baik
itu sangat tak ternilai harganya. Terlebih, kerendahan hati menjadi salah satu
syarat utama seorang pemimpin, karena hanya dari kerendahan hatilah ia mampu
memahami permasalahan yang dipimpinnya. Dan karena setiap dari kita adalah
pemimpin (paling tidak pemimpin untuk diri sendiri), maka sudah sepatutnya kita
belajar untuk rendah hati. Mari :)
"Lihat ke dalam diri. Tanyakan pada hati."
No comments:
Post a Comment