SIKAP manja yang berlebihan pada anak timbul karena pola asuh
yang keliru sejak kecil. Sering orang tua merasa dilema karena tidak mampu
mengendalikan anak ketika memiliki keinginan yang dalam pikiran orang tua tak
boleh diikuti.
Namun di sisi lain, ada ketakutan para orang tua jika hal
tersebut tidak diikuti, anak akan berpikir bahwa orang tua mereka tak
menyayanginya.
Padahal, tanpa disadari orang tua, sikap ini akan memberikan
dampak negatif bagi anak. Menurut psikolog Diah Utami Ningsih, setiap anak
memiliki karakter berbeda dan sebenarnya manja pada anak adalah hal yang wajar.
’’Orang tua jangan sampai terlena dengan memanjakan anak.
Karena perilaku manja yang berlebihan tidak mendidik anak untuk mandiri dan
percaya dengan potensi yang dimilikinya,” jelas Diah.
Menurutnya, karakter manja pada anak dikarenakan pola asuh
yang keliru oleh orang tuanya. ’’Misalnya, orang tua tidak pernah menahan apa
yang selalu menjadi keinginan anak dan anak diberikan kebebasan tanpa ada
nilai-nilai yang membatasi sehingga pada akhirnya anak beranggapan bahwa apa
yang diinginkannya selalu terpenuhi, baik dalam bentuk materi maupun
nonmateri,” tuturnya.
Dosen Bimbingan Konseling Unila ini mengungkapkan, jika sikap
manja terus ada pada anak, akan memberikan efek yang tidak baik bagi anak dalam
perilakunya maupun kehidupan sosialnya.
Anak yang manja, imbuhnya, akan sangat sulit bersosialisasi
karena dia tidak menghargai pertemanan. ’’Ia lebih cenderung bersifat bossy,
kemudian kurang peka dan tidak kreatif. Karena terbiasa dilayani, maka
kreativitas dan sikap inisiatifnya untuk melakukan sesuatu yang bermanfaat pun
lemah,” kata dia.
Tak hanya itu, terus Diah, anak akan menjadi malas dan
kecerdasaan emosionalnya menjadi rendah seperti kurang empati, kurang
menghargai dan hilang rasa tanggung jawabnya. “Anak akan sulit dipercaya,”
tegas dia.
Lebih lanjut Diah menerangkan, sikap manja akan hilang dengan
melatih kemandirian sejak usia dini. “Latih anak mengerjakan hal-hal yang
sederhana, hal ini secara langsung juga akan melatih rasa responsibilty pada
anak., contohnya pada usia bermain yaitu 3 tahun, kita dapat meminta anak
memasukan mainannya sendiri ke dalam kotak atau keranjang mainan setelah
bermain, bisa dimulai dengan mencontohkannya terlebih dahulu, tidak perlu
sempurna tapi dengan memberikan penjelasan mengapa hal itu perlu dilakukannya,”
sebut dia.
Diah menambahkan, menghadapi anak manja harus sabar dan
bijak. “Artinya ada hal-hal yang bisa turuti dan ada saatnya menahan untuk
tidak memenuhi keinginannya, dengan demikian anak berproses sedikit demi
sedikit agar memahami bagaimana bersikap terhadap dan menyesuaikan diri dengan
lingkungannya,” tuturnya.
Didik pula anak agar ia bisa berbaur dengan lingkungannya.
“Hal ini juga dapat menumbuhkan rasa semangatnya berkreatifitas. Jangan
membandingkan ia dengan anak lain, hargai setiap kemampuan yang dimilikinya,”
kata Diah.
Dan, menghargai kemampuan anak jangan selalu membantunya
ketika ia menemukan kesulitan. “Biarkan ia menyelesaikan permasalahannya
sendiri, jangan selalu membenarkan setiap perbuatan anak ketika ia melakukan
kesalahan, kata bahwa itu salah. Orangtua tidak boleh disertai unsur pemaksaan
karena anak sedang dalam proses belajar untuk mandiri dengan mengerjakan
semuanya,” terang alumnus Fakultas Psikologi UGM Jogjakarta ini. (cia/c1/tru)
Kasih Sayang Berlebihan Kurang Mendidik
MEMENUHI semua permintaan anak bukan suatu kebiasaan yang
baik. Sebab, lama-kelamaan anak menjadi manja. Karenanya, sayangilah
sekadarnya. Menurut praktisi pendidikan Megawati, S.Psi., M.Pd., penyebab anak
menjadi manja adalah kasih sayang yang berlebihan dari orang tua, keluarga
terdekat, dan lingkungannya.
’’Biasanya pada anak pertama, cucu pertama, anak tunggal,
atau anak bungsu yang selalu dilindungi secara berlebihan. Ia diberikan apa pun
yang diinginkannya dan selalu dibela dalam kondisi salah. Padahal dampaknya, ia
tidak bisa mandiri, selalu tergantung pada orang lain, dan jika menghadapi
masalah sangat rapuh serta mudah putus asa,” ungkap alumnus Magister Pendidikan
Islam IAIN ini.
Dosen Fakultas Tarbiah IAIN Lampung ini juga menuturkan, cara
menghadapi anak yang manja bisa dengan pendekatan pribadi. ’’Anak ditugasi dan
diberi tanggung jawab untuk dirinya, dan orang tua memberikan hukuman jika anak
salah serta penghargaan jika dia berprestasi. Biarkan dia menjadi dirinya sendiri,
sedangkan orang tua hanya tutwuri handayani dengan melakukan pengawasan,”
paparnya.
Lebih lanjut, ia membeberkan beberapa hal yang bisa dilakukan
orang tua untuk mengatasi sifat manja anak. Pertama, menjadi contoh yang baik
bagi anak adalah kunci mencegah anak manja.
’’Hati-hati jika punya kebiasaan konsumtif dengan membeli apa
pun yang diinginkan meski sebenarnya Anda tidak mampu dan tak perlu membelinya.
Karena bukan tak mungkin anak akan tumbuh menjadi anak yang konsumtif juga dan
mengharuskan agar semua keinginannya tercapai,” ungkap Megawati.
Kemudian mintalah ibu, bapak, dan saudara lainnya agar tidak
terlalu memanjakan anak. ’’Bagi single parent, hindari saling bersaing dengan
mantan pasangan dalam hal memberikan hadiah untuk anak,” ujarnya.
Tentukan pula batasan keinginan anak yang masih boleh dan
tidak perlu dituruti serta pertimbangkan dampaknya kelak. ’’Kenali keinginan
dan ketertarikan anak akan sesuatu. Dengan demikian, Anda akan tahu mana yang
benar-benar keinginan anak dan mana yang hanya ikut-ikut,” katanya.
Lalu, saat hari ulang tahun, biasanya si kecil memberikan
list permintaan hadiahnya. ’’Pilihlah hadiah-hadiah yang menurut Anda masih
realistis untuk dipenuhi. Kalau perlu, lakukan penyortiran dengan anak agar
kedua pihak merasa puas,” ujarnya. (cia/c1/tru)
No comments:
Post a Comment