Wednesday, February 29, 2012

Globalisasi dan Ketahanan Kebudayaan Bangsa Indonesia

a. Pengertian Kebudayaan
Kebudayaan= cultuur (bahasa belanda)= culture (bahasa inggris) berasal dari bahasa latin “Colere” yang berarti mengolah, mengerjakan, menyuburkan dan mengembangkan, terutama mengolah tanah dan bertani. Dari segi arti ini berkembanglah arti culture sebagai “sebagai daya dan aktivitas manusia untuk mengolah dan mengubah alam”.
Dilihat dari bahasa Indonesia, kebudayaan berasal dari bahsa Sanksekerta “buddhayah”, yaitu bentuk jamak dari buddhi yang berarti budi atau akal.
Pendapat lain mengatakan, bahwa budya adalah sebagai suatu perkembangan dari kata majemuk budi-daya, yang berate daya dari bud, karena itu mereka membedakan antara budaya dengan kebudayaan. Budaya adalah daya dari budi yang berupa cipta, karsa dan rasa, dan kebudyaan, adalah hasil dari cipta, karsa dan rasa tersebut. (Djokho Widhago dkk.,2003)
Berdasarkan pemaparan diatas kebudayaan bangsa Indonesia adalah hasil dari cipta, karsa, dan rasa bangsa Indonesia yang terbentuk melaui proses yang sangat panjang.
Kebudayaan nasional adalah kebudayaan yang diakui sebagai identitas nasional. Definisi kebudayaan nasional menurut TAP MPR No.II tahun 1998, yakni:
Kebudayaan nasional yang berlandaskan Pancasila adalah perwujudan cipta, karya dan karsa bangsa Indonesia dan merupakan keseluruhan daya upaya manusia Indonesia untuk mengembangkan harkat dan martabat sebagai bangsa, serta diarahkan untuk memberikan wawasan dan makna pada pembangunan nasional dalam segenap bidang kehidupan bangsa. Dengan demikian Pembangunan Nasional merupakan pembangunan yang berbudaya.Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Wujud, Arti dan Puncak-Puncak Kebudayaan Lama dan Asli bai Masyarakat Pendukukungnya, Semarang: P&K, 1999.
Kebudayaan nasional dalam pandangan Ki Hajar Dewantara adalah “puncak-puncak dari kebudayaan daerah”. Kutipan pernyataan ini merujuk pada paham kesatuan makin dimantapkan, sehingga ketunggalikaan makin lebih dirasakan daripada kebhinekaan. Wujudnya berupa negara kesatuan, ekonomi nasional, hukum nasional, serta bahasa nasional. Definisi yang diberikan oleh Koentjaraningrat dapat dilihat dari peryataannya: “yang khas dan bermutu dari suku bangsa mana pun asalnya, asal bisa mengidentifikasikan diri dan menimbulkan rasa bangga, itulah kebudayaan nasional”. Pernyataan ini merujuk pada puncak-puncak kebudayaan daerah dan kebudayaan suku bangsa yang bisa menimbulkan rasa bangga bagi orang Indonesia jika ditampilkan untuk mewakili identitas bersama.Nunus Supriadi, “Kebudayaan Daerah dan Kebudayaan Nasional”
Pernyataan yang tertera pada GBHN tersebut merupakan penjabaran dari UUD 1945 Pasal 32. Dewasa ini tokoh-tokoh kebudayaan Indonesia sedang mempersoalkan eksistensi kebudayaan daerah dan kebudayaan nasional terkait dihapuskannya tiga kalimat penjelasan pada pasal 32 dan munculnya ayat yang baru. Mereka mempersoalkan adanya kemungkinan perpecahan oleh kebudayaan daerah jika batasan mengenai kebudayaan nasional tidak dijelaskan secara gamblang.
Sebelum di amandemen, UUD 1945 menggunakan dua istilah untuk mengidentifikasi kebudayaan daerah dan kebudayaan nasional. Kebudayaan bangsa, ialah kebudayaan-kebudayaan lama dan asli yang terdapat sebagi puncak-puncak di daerah-daerah di seluruh Indonesia, sedangkan kebudayaan nasional sendiri dipahami sebagai kebudayaan angsa yang sudah berada pada posisi yang memiliki makna bagi seluruh bangsa Indonesia. Dalam kebudayaan nasional terdapat unsur pemersatu dari Banga Indonesia yang sudah sadar dan menglami persebaran secara nasional. Di dalamnya terdapat unsur kebudayaan bangsa dan unsur kebudayaan asing, serta unsur kreasi baru atau hasil invensi nasional
b. Pengertian Globalisasi
Kata ‘globalisasi’ berasal dari kata ‘global’, dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia berarti secara keseluruhan.
Istilah Globalisasi, pertama kali digunakan oleh Theodore Levitt tahun 1985 yang menunjuk pada politik-ekonomi, khususnya politik perdagangan bebas dan transaksi keuangan. Menurut sejarahnya, akar munculnya globalisasi adalah revolusi elektronik dan disintegrasi negara-negara komunis. Revolusi elektronik melipatgandakan akselerasi komunikasi, transportasi, produksi, dan informasi. Disintegrasi negara-negara komunis yang mengakhiri Perang Dingin memungkinkan kapitalisme Barat menjadi satu-satunya kekuatan yang memangku hegemoni global. Itu sebabnya di bidang ideologi perdagangan dan ekonomi, globalisasi sering disebut sebagai Dekolonisasi (Oommen), Rekolonisasi ( Oliver, Balasuriya, Chandran), Neo-Kapitalisme (Menon), Neo-Liberalisme (Ramakrishnan). Malahan Sada menyebut globalisasi sebagai eksistensi Kapitalisme Euro-Amerika di Dunia Ketiga.
Secara sangat sederhana bisa dikatakan bahwa globalisasi terlihat ketika semua orang di dunia sudah memakai celana Levis dan sepatu Reebok, makan McDonald, minum Coca-Cola. Secara lebih esensial, globalisasi nampak dalam bentuk Kapitalisme Global berimplementasi melalui program IMF, Bank Dunia, dan WTO; lembaga-lembaga dunia yang baru-baru ini mendapat kritik sangat tajam dari Dennis Kucinich, calon Presiden Amerika Serikat dari Partai Demokrat, karena lembaga-lembaga itu mencerminkan ketidakadilan global.
Beberapa pergertian globlisasi antara lain:
a. Malcom Waters
Globalisasi adalah sebuah proses sosial yang berakibat bahwa pembatasan geografis pada keadaan sosial budaya menjadi kurang penting, yang terjelma didalam kesadaran orang.
b. Emanuel Ritcher
Globalisasi adalah jaringan kerja global secara bersamaan menyatukan masyarakat yang sebelumnya terpencar-pencar dan terisolasi kedalam saling ketergantungan dan persatuan dunia.
c. Thomas L. Friedman
Globlisasi memiliki dimensi ideology dan teknlogi. Dimensi teknologi yaitu kapitalisme dan pasar bebas, sedangkan dimensi teknologi adalah teknologi informasi yang telah menyatukan dunia.
d. Princenton N. Lyman
Globalisasi adalah pertumbuhan yang sangat cepat atas saling ketergantungan dan hubungan antara Negara-negara didunia dalam hal perdagangan dan keuangan.
e. Leonor Briones
Demokrasi bukan hanya dalam bidang perniagaan dan ekonomi namun juga mencakup globalisasi institusi-institusi demokratis, pembangunan sosial, hak asasi manusia, dan pergerakan wanita.
f. Emmanuel Ritcher
Jaringan kerja global yang secara bersamaan menyatukan masyarakat yang sebelumnya terpencar dan terisolasi ke dalam saling ketergantungan dan persatuan dunia.
g. Selo Soemarjan
Terbentuknya system organisasi dan komunikasi antar masyarakat di seluruh dunia untuk mengikuti system dan kaidah yang sama.
Globalisasi adalah suatu fenomena khusus dalam peradaban manusia yang bergerak terus dalam masyarakat global dan merupakan bagian dari proses manusia global itu. Kehadiran teknologi informasi dan teknologi komunikasi mempercepat akselerasi proses globalisasi ini. Globalisasi menyentuh seluruh aspek penting kehidupan. Globalisasi menciptakan berbagai tantangan dan permasalahan baru yang harus dijawab, dipecahkan dalam upaya memanfaatkan globalisasi untuk kepentingan kehidupan.
Globalisasi sendiri merupakan sebuah istilah yang muncul sekitar dua puluh tahun yang lalu, dan mulai begitu populer sebagai ideologi baru sekitar lima atau sepuluh tahun terakhir. Sebagai istilah, globalisasi begitu mudah diterima atau dikenal masyarakat seluruh dunia. Wacana globalisasi sebagai sebuah proses ditandai dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga ia mampu mengubah dunia secara mendasar.
Wabah globalisasi, yang sudah mulai terasa sejak akhir abad ke-20, telah membuat masyarakat dunia, termasuk bangsa Indonesia harus bersiap-siap menerima kenyataan masuknya pengaruh luar terhadap seluruh aspek kehidupan bangsa. Salah satu aspek yang terpengaruh adalah kebudayaan. Bagi bangsa Indonesia aspek kebudayaan merupakan salah satu kekuatan bangsa yang memiliki kekayaan nilai yang beragam, termasuk keseniannya. Kesenian rakyat, salah satu bagian dari kebudayaan bangsa Indonesia tidak luput dari pengaruh globalisasi.
2.2 Pengaruh Globalisasi Terhadap Kebudayaan Indonesia
Globalisasi dalam kebudayaan dapat berkembang dengan cepat, hal ini tentunya dipengaruhi oleh adanya kecepatan dan kemudahan dalam memperoleh akses komunikasi dan berita namun hal ini justru menjadi bumerang tersendiri dan menjadi suatu masalah yang paling krusial atau penting dalam globalisasi, yaitu kenyataan bahwa perkembangan ilmu pengetahuan dikuasai oleh negara-negara maju, bukan negara-negara berkembang seperti Indonesia. Mereka yang memiliki dan mampu menggerakkan komunikasi internasional justru negara-negara maju. Akibatnya, negara-negara berkembang, seperti Indonesia selalu khawatir akan tertinggal dalam arus globalisai dalam berbagai bidang seperti politik, ekonomi, sosial, budaya, termasuk kesenian kita.
Kecenderungan sosial dan budaya di era globalisasi, meliputi :
a. Perubahan dan masyarakat tradisional-kolonial ke masyarakat Indonesia modern, melalui proses integrasi politik dan sosial budaya.
b. Perubahan dari masyarakat agraris ke non agraris atau industrial makin mengalami percepatan dalam masa pembangunan pada beberapa dekade yang telah kita alami.
c. Proses integrasi kultural mengalami peningkatan melalui proses pembangunan yang telah kita upayakan melalui perjuangan yang cukup panjang. Sebagai contoh perkembangan seni budaya, bahasa, sastra, tari dan segi-segi kultural lainnya. Tetapi kita masih melihat bahwa integrasi kultural yang terjadi belum menunjukkan tingkat kematangan dan kemantapan yang memadai. Tampaknya upaya untuk menuju ke arah itu harus selalui diupayakan secara terus menerus, secara konseptual dan operasional yang sinergis.
d. Proses pembentukan kebudayaan Indonesia, sebagai salah satu sumber pembentukan budaya bangsa dan masyarakat tampaknya masih belum memadai dan masih dalam proses yang sangat panjang. Oleh sebab itu diperlukan kebijakan strategis yang mampu mengarah pada mantapnya kebudayaan Indonesia dalam rangka mewujudkan jati diri bangsa yang handal.
e. Pruralisasi dan heterogenitas budaya tampaknya cenderung masih sepenuhnya terakomodasi dan terintegrasi dalam bangunan sosial budaya Indonesia baru yang majemuk, yaitu sebuah bangunan mozaik budaya Nasional Indonesia yang utuh dan unggul. Ibarat kebudayaan Nasional itu sebuah potret keluarga, maka belum semua wajah keluarga tercantum dalam album keluarga tersebut (Joko Suryo, 1998). Primordialitas, parokhialitas dan lokalitas rasanya masih terasa dalam proses perubahan sosial budaya masyarakat Indonesia. Jadi, ke depan visi dan orientasi pembangunan budaya Indonesia kharus mampu mencerminkan keberadaan potensi semua budaya dari Sabang sampai Merauke.
Globalisasi dapat memperluas kawasan budaya. Globalisasi dapat menimbulkan dampak negatif. Akibat dari pengaruh globalisasi:
(1) Disorientasi, dislokasi atau krisis sosial-budaya dalam masyarakat.
(2) Berbagai ekspresi sosial budaya asing yang sebenarnya tidak memiliki basis dan preseden kulturalnya.
(3) Semakin merebaknya gaya hidup konsumerisme dan hedonisme.
(4) Akibatkan erosi budaya
(5) Lenyapnya identitas budaya nasional dan lokal
(6) Kehilangan arah sebagai bangsa yang memiliki jati diri.
(7) Hilangnya semangat nasionalisme dan patriotisme
(8) Cenderung pragmatisme dan maunya serba instant.
Pengaruh globalisasi disatu sisi ternyata menimbulkan pengaruh yang negatif bagi kebudayaan bangsa Indonesia. Norma-norma yang terkandung dalam kebudayaan bangsa Indonesia perlahan-lahan mulai pudar. Gencarnya serbuan teknologi disertai nilai-nilai interinsik yang diberlakukan di dalamnya, telah menimbulkan isu mengenai globalisasi dan pada akhirnya menimbulkan nilai baru tentang kesatuan dunia. Radhakrishnan dalam bukunya Eastern Religion and Western Though (1924) menyatakan “untuk pertama kalinya dalam sejarah umat manusia, kesadaran akan kesatuan dunia telah menghentakkan kita, entah suka atau tidak, Timur dan Barat telah menyatu dan tidak pernah lagi terpisah . Artinya adalah bahwa antara barat dan timur tidak ada lagi perbedaan. Atau dengan kata lain kebudayaan kita dilebur dengan kebudayaan asing.
Apabila timur dan barat bersatu, masihkah ada ciri khas kebudayaan kita? Ataukah kita larut dalam budaya bangsa lain tanpa meninggalkan sedikitpun sistem nilai kita? Oleh karena itu perlu dipertahanan aspek sosial budaya Indonesia sebagai identitas bangsa. Caranya adalah dengan penyaringan budaya yang masuk ke Indonesia dan pelestarian budaya bangsa.
Bagi masyarakat yang mencoba mengembangkan seni tradisional menjadi bagian dari kehidupan modern, tentu akan terus berupaya memodifikasi bentuk-bentuk seni yang masih berpolakan masa lalu untuk dijadikan komoditi yang dapat dikonsumsi masyarakat modern. Karena sebenarnya seni itu indah dan mahal. Kesenian adalah kekayaan bangsa Indonesia yang tidak ternilai harganya dan tidak dimiliki bangsa-bangsa asing. Oleh sebab itu, sebagai generasi muda, yang merupakan pewaris budaya bangsa, hendaknya memelihara seni budaya kita demi masa depan anak cucu.
2.3 Cara Mempertahankan Kebudayaan Indonesia dari Pengaruh Globalisasi
Dampak globalisasi terhadap kebudayaan Indonesia memang tidak dapat dihindari oleh karena itu diperlukan solusi konkrit untuk mengatasi dampak negatif globalisasi terhadap kebudayaan Indonesia, diantaranya:
a. Mengenalkan sejak dini tentang kebudayaan Indonesia kepada anak-anak.
Pengenalan sejak dini kepada anak-anak sangat diperlukan agar ketika dewasa nanti anak sudah terbiasa dan bangga dengan kebudayaan Indonesia. Di Jepang anak sejak dini telah diajarkan dengan metode sedikit teori banyak praktik tentang kebudayaan-kebudayaan Jepang sehingga ketika dewasa anak-anak itu terbiasa dan mencintai kebudayaannya, lain dengan di Indonesia anak cenderung diajarakan kebudayaan-kebudayaan barat dengan alasan keren, gaul dan biar gak ketinggalan zaman
b. Menciptakan lingkungan keluarga yang memiliki suasana asli Indonesia.
Keluarga merupakan miniatur sebuah Negara diamana ada ayah sebagai presidennya. Pendidikan yang pertama didapatkan dari dalam keluarga oleh karena itu peran keluaraga sangatlah penting untuk menciptakan anggota keluarga yang cinta budaya Indonesia.
c. Peran aktif pemerintah
Pemerintah dalam hal ini sebagai pemegang kebijakan wajib membuat produk-produk hukum berupa undang-undang yang mengatur tentang kebudayaan Indonesia.
d. Peran aktif lembaga pendidikan
Lembaga pendidikan sebagai kawah candra dimuka bagi penggemblengan afektif, kognitif dan psikomotor peserta didik wajib menyertakan pelajaran-pelajaran yang berhubungan dengan kebudayaan Indonesia.
e. Gerakan cinta kebudayaan Indonesia
Gerakan cinta kebudayaan Indonesia sangat perlu digiatkan dengan melibatkan seluruh lapisan masyarakat Indonesia seperti yang cukup dianggap berhasil adalah semakin populernya batik dikalangan masyarakat Indonesia sebagai salahsatu simbol kebudayaan asli Indonesia, ke populeran batik tidak terlepas dari upaya semua pihak mempromosikan batik ditengah masyarakat Indonesia yang sudah mulai melupakan kebudayaannya.
f. Berubah dari Konsep Menghapal ke Konsep Mengamalkan
Siswa-siswi diseluruh Indonesia dalam pelajaran-pelajaran yang mengandung nilai-nilai budaya Indonesia cenderung dituntut untuk menghapal tanpa berusaha untuk mengamalkan apa yang telah mereka hapal.
g. Penanaman Nilai-Nilai Pancasila
Pancasila sebagai ideology dan falsafah hidup bangsa Indonesia memilki nilai-nilai luhur yang menggambarkan bangsa Indonesia dan cita- cita bangsa Indonesia termasuk di dalamnya mengandung nilai untuk cinta kebudyaan Indonesia. Oleh karena itu, pengamalan nilai-nilai pancasila sangatlah penting sebagai salahsatu langkah untuk mempertahankan kebudayaan Indonesia dari pengaruh globalisasi.
Dari beberapa langkah di atas yang terpenting adalah gerakan nyata secara sadar dari semua pihak dalam salahsatu iklan rokok di sebutkan “talk less do more” sedikit bicara melakukan lebih banyak.
Melihat pengaruh negatif globalisasi yang begitu besar terhadap kebudayaan Indonesia maka sudah sepatutnya kita sebagai rakyat Indonesia lebih mencintai untuk mempertahankan kebudayaan Indonesia. Mulailah dengan hal-hal kecil seperti membiasakan diri untuk tolong menolong, gotong royong dan memakai pakaian khas Indonesia seperti batik.
DAFTAR PUSTAKA
Soekanto, Soerjono.Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Pers, 1990.
Koentjaraningrat. Manusia dan Kebudayaan. Jakarta: Djembatan, 1971.
Khor, Martin. Globlisasi Krisis Pembangunan Berkelanjutan. Jakarta: Rajawali Pers, 2005.
http//:id.wikipedia.org/kebudayaan.html
Suara Pembaruan Daily

No comments:

Post a Comment