Sunday, March 24, 2013

BELAJAR RENDAH HATI


BELAJAR RENDAH HATI


Dalam mengawali sebuah cerita, saya biasanya membukanya dengan sebuah pertanyaan. Dan dalam cerita kali ini pun saya akan memulainya dengan sebuah pertanyaan.

Apa yang cenderung kita lakukan ketika mendapatkan masukan atau kritikan dari orang lain? Apa respon yang secara spontan keluar dari otak?

Saya bukanlah seorang psikolog yang bisa menjelaskan secara saintifik terkait human behaviour. Bukan pula seorang ahli yang mengerti secara dalam terkait jiwa. Namun, ijinkanlah saya untuk menyampaikan opini saya terkait pertanyaan di atas.

Menurut pengalaman saya, secara naluriah manusia dengan spontan akan membela diri ketika mendapat sebuah "serangan"; entah itu berbentuk sikap fisik maupun lisan. Maka, begitu pula halnya ketika kita mendapatkan sebuah kritikan atau masukan, yang kadang dianggap sebagai serangan. Kita cenderung untuk berusaha semaksimal mungkin membela diri. Dalam beberapa kasus tertentu malah berusaha untuk membalas, memberikan serangan balik.

Di sisi lain, ada pula kecenderungan di dalam diri untuk menyepelekan dan mengabaikan suatu masukan atau kritikan yang disampaikan kepada kita. Terlebih jika yang menyampaikan adalah orang yang lebih muda, lebih rendah posisi/jabatannya, atau inferioritas lainnya.

Namun, saya tidak mengatakan bahwa membela diri merupakan sebuah sikap yang salah. Itu manusiawi. Wajar jika ada usaha untuk melindungi diri dari kemungkinan-kemungkinan bahaya yang dapat melukai.

***
Saya belajar sebuah hal. Bahwasanya sebuah KEBENARAN bisa berasal dari siapapun, di manapun dan kapanpun. Oleh karenanya, kita perlu belajar untuk rendah hati; selalu terbuka untuk mendengarkan nasihat dan belajar dalam setiap kesempatan.

Tidak selalu sebuah kritikan dan masukan itu buruk. Tidak selalu mereka yang menyampaikan kritikan dan masukan itu berniat menjatuhkan. Selama sebuah kritikan itu bersifat konstruktif, maka tak mengapa ia disampaikan.

Sebelum terburu-buru menjustifikasi buruk terhadap suatu kritikan atau masukan, ada baiknya kita sejenak merenungkan apa yang disampaikan oleh pemberi masukan dan kritikan tersebut. Apakah yang disampaikan mereka tersebut memang benar adanya? Apakah itu KEBENARAN? Jika ya, maka sepatutnya kita berusaha untuk menundukkan emosi dan ego, dan kemudian belajar untuk rendah hati menerima kebenaran tersebut. Sehingga, saat mendengar sebuah masukan atau kritikan, kita tidak terburu-buru membela diri, marah atau menyerang balik.

***
Kembali melihat definisi rendah hati, yaitu sikap untuk selalu terbuka dalam mendengarkan nasihat dan belajar dari setiap kesempatan, dari siapapun, di manapun, kapanpun", saya menangkap pesan bahwasanya dibalik sebuah kritikan dan masukan, bisa jadi di dalamnya terdapat suatu nasihat berharga.  Hanya saja, kita perlu mencernanya terlebih dahulu dengan kepala dingin dan tidak emosi untuk menemukan "hal berharga" tersebut.

Mengapa berharga? Adanya kebenaran yang terdapat di dalam masukan dan kritikan tersebut, menjadi suatu modal penting bagi perbaikan diri untuk menjadi lebih baik. Dan menurut saya,menjadi seseorang yang lebih baik itu sangat tak ternilai harganya. Terlebih, kerendahan hati menjadi salah satu syarat utama seorang pemimpin, karena hanya dari kerendahan hatilah ia mampu memahami permasalahan yang dipimpinnya. Dan karena setiap dari kita adalah pemimpin (paling tidak pemimpin untuk diri sendiri), maka sudah sepatutnya kita belajar untuk rendah hati. Mari :)

"Lihat ke dalam diri. Tanyakan pada hati."

No comments:

Post a Comment