Sunday, March 24, 2013

POLA ASUH KELIRU MEMBUAT ANAK MENJADI MANJA


POLA ASUH KELIRU MEMBUAT ANAK MENJADI MANJA





SIKAP manja yang berlebihan pada anak timbul karena pola asuh yang keliru sejak kecil. Sering orang tua merasa dilema karena tidak mampu mengendalikan anak ketika memiliki keinginan yang dalam pikiran orang tua tak boleh diikuti.

Namun di sisi lain, ada ketakutan para orang tua jika hal tersebut tidak diikuti, anak akan berpikir bahwa orang tua mereka tak menyayanginya.

Padahal, tanpa disadari orang tua, sikap ini akan memberikan dampak negatif bagi anak. Menurut psikolog Diah Utami Ningsih, setiap anak memiliki karakter berbeda dan sebenarnya manja pada anak adalah hal yang wajar.

’’Orang tua jangan sampai terlena dengan memanjakan anak. Karena perilaku manja yang berlebihan tidak mendidik anak untuk mandiri dan percaya dengan potensi yang dimilikinya,” jelas Diah.

Menurutnya, karakter manja pada anak dikarenakan pola asuh yang keliru oleh orang tuanya. ’’Misalnya, orang tua tidak pernah menahan apa yang selalu menjadi keinginan anak dan anak diberikan kebebasan tanpa ada nilai-nilai yang membatasi sehingga pada akhirnya anak beranggapan bahwa apa yang diinginkannya selalu terpenuhi, baik dalam bentuk materi maupun nonmateri,” tuturnya.

Dosen Bimbingan Konseling Unila ini mengungkapkan, jika sikap manja terus ada pada anak, akan memberikan efek yang tidak baik bagi anak dalam perilakunya maupun kehidupan sosialnya.

Anak yang manja, imbuhnya, akan sangat sulit bersosialisasi karena dia tidak menghargai pertemanan. ’’Ia lebih cenderung bersifat bossy, kemudian kurang peka dan tidak kreatif. Karena terbiasa dilayani, maka kreativitas dan sikap inisiatifnya untuk melakukan sesuatu yang bermanfaat pun lemah,” kata dia.

Tak hanya itu, terus Diah, anak akan menjadi malas dan kecerdasaan emosionalnya menjadi rendah seperti kurang empati, kurang menghargai dan hilang rasa tanggung jawabnya. “Anak akan sulit dipercaya,” tegas dia.

Lebih lanjut Diah menerangkan, sikap manja akan hilang dengan melatih kemandirian sejak usia dini. “Latih anak mengerjakan hal-hal yang sederhana, hal ini secara langsung juga akan melatih rasa responsibilty pada anak., contohnya pada usia bermain yaitu 3 tahun, kita dapat meminta anak memasukan mainannya sendiri ke dalam kotak atau keranjang mainan setelah bermain, bisa dimulai dengan mencontohkannya terlebih dahulu, tidak perlu sempurna tapi dengan memberikan penjelasan mengapa hal itu perlu dilakukannya,” sebut dia.

Diah menambahkan, menghadapi anak manja harus sabar dan bijak. “Artinya ada hal-hal yang bisa turuti dan ada saatnya menahan untuk tidak memenuhi keinginannya, dengan demikian anak berproses sedikit demi sedikit agar memahami bagaimana bersikap terhadap dan menyesuaikan diri dengan lingkungannya,” tuturnya.
 
Didik pula anak agar ia bisa berbaur dengan lingkungannya. “Hal ini juga dapat menumbuhkan rasa semangatnya berkreatifitas. Jangan membandingkan ia dengan anak lain, hargai setiap kemampuan yang dimilikinya,” kata Diah.

Dan, menghargai kemampuan anak jangan selalu membantunya ketika ia menemukan kesulitan. “Biarkan ia menyelesaikan permasalahannya sendiri, jangan selalu membenarkan setiap perbuatan anak ketika ia melakukan kesalahan, kata bahwa itu salah. Orangtua tidak boleh disertai unsur pemaksaan karena anak sedang dalam proses belajar untuk mandiri dengan mengerjakan semuanya,” terang alumnus Fakultas Psikologi UGM Jogjakarta ini. (cia/c1/tru)

Kasih Sayang Berlebihan Kurang Mendidik

MEMENUHI semua permintaan anak bukan suatu kebiasaan yang baik. Sebab, lama-kelamaan anak menjadi manja. Karenanya, sayangilah sekadarnya. Menurut praktisi pendidikan Megawati, S.Psi., M.Pd., penyebab anak menjadi manja adalah kasih sayang yang berlebihan dari orang tua, keluarga terdekat, dan lingkungannya.

’’Biasanya pada anak pertama, cucu pertama, anak tunggal, atau anak bungsu yang selalu dilindungi secara berlebihan. Ia diberikan apa pun yang diinginkannya dan selalu dibela dalam kondisi salah. Padahal dampaknya, ia tidak bisa mandiri, selalu tergantung pada orang lain, dan jika menghadapi masalah sangat rapuh serta mudah putus asa,” ungkap alumnus Magister Pendidikan Islam IAIN ini.

Dosen Fakultas Tarbiah IAIN Lampung ini juga menuturkan, cara menghadapi anak yang manja bisa dengan pendekatan pribadi. ’’Anak ditugasi dan diberi tanggung jawab untuk dirinya, dan orang tua memberikan hukuman jika anak salah serta penghargaan jika dia berprestasi. Biarkan dia menjadi dirinya sendiri, sedangkan orang tua hanya tutwuri handayani dengan melakukan pengawasan,” paparnya.

Lebih lanjut, ia membeberkan beberapa hal yang bisa dilakukan orang tua untuk mengatasi sifat manja anak. Pertama, menjadi contoh yang baik bagi anak adalah kunci mencegah anak manja.

’’Hati-hati jika punya kebiasaan konsumtif dengan membeli apa pun yang diinginkan meski sebenarnya Anda tidak mampu dan tak perlu membelinya. Karena bukan tak mungkin anak akan tumbuh menjadi anak yang konsumtif juga dan mengharuskan agar semua keinginannya tercapai,” ungkap Megawati.

Kemudian mintalah ibu, bapak, dan saudara lainnya agar tidak terlalu memanjakan anak. ’’Bagi single parent, hindari saling bersaing dengan mantan pasangan dalam hal memberikan hadiah untuk anak,” ujarnya.
Tentukan pula batasan keinginan anak yang masih boleh dan tidak perlu dituruti serta pertimbangkan dampaknya kelak. ’’Kenali keinginan dan ketertarikan anak akan sesuatu. Dengan demikian, Anda akan tahu mana yang benar-benar keinginan anak dan mana yang hanya ikut-ikut,” katanya.

Lalu, saat hari ulang tahun, biasanya si kecil memberikan list permintaan hadiahnya. ’’Pilihlah hadiah-hadiah yang menurut Anda masih realistis untuk dipenuhi. Kalau perlu, lakukan penyortiran dengan anak agar kedua pihak merasa puas,” ujarnya. (cia/c1/tru)




No comments:

Post a Comment