Friday, March 22, 2013

Perbedaan Gangguan Psikofisiologis dengan Somatoform


Perbedaan Gangguan Psikofisiologis dengan Somatoform
Oleh: Lubi Nurzaman

Dalam gangguan psikofisiologis faktor-faktor psikologis benar-benar menyebabkan gangguan-gangguan fisik. Misalnya, stress psikologis yang lama dapat menyebabkan produksi asam lambung bertambah dan asam tersebut dapat menyebabkan lubang pada dinding lambung. Dalam gangguan somatoform, faktor-faktor psikologis menyebabkan simtom-simtom gangguan-gangguan fisik tetapi tidak ada gangguan-gangguan yang aktual (tidak ada jaringan-jaringan yang rusak dalam tubuh). Misalnya seseorang yang menderita gangguan konversi kemungkinan akan menderita kelumpuhan pada lengan, tetapi syaraf-syaraf otot atau tulang lengan tidak rusak.

Contoh kasus psikofisiologis
Andi, seorang mahasiswa, apabila mendekati ujian atau deadline mengumpulkan tugas selalu mengeluhkan timbulnya “bisul” di beberapa tempat. Timbulnya masalah tersebut sama sekali tidak terkait dengan masalah kebersihan kulit karena mahasiswa tersebut rajin membersihkan tubuhnya. Hal yang lebih mempersulit diagnosis ini adalah “bisul” tersebut akan hilang dengan sendirinya setelah ujian selesai atau tugas telah dikumpulkan. Padahal sebelumnya walaupun mahasiswa itu sudah berusaha memberikan berbagai macam obat-obatan, “bisul” itu tidak menghilang, namun hanya pindah tempat dan muncul di tempat lain.

Contoh kasus somatoform body dysmorphic disorder
Yuni, 33 tahun seorang perempuan dengan wajah cukup menarik; mata bulat, hidung mancung, kulit putih bersih dan rambut hitam sebahu, datang ke psikiater atas rujukan dan dari seorang dokter bedah plastik. Menurut sang dokter, menemui psikiater adalah syarat sebelum pasien dapat menjalani bedah plastik. Yuni mengatakan ia ingin menjalani bedah plastik, karena hidungnya dirasakan terlalu pesek. Ia merasa terganggu dengan kondisi hidungnya yang membuatnya kurang percaya diri di depan orang lain. Menurutnya, sebelumnya ia sudah pernah melakukan beberapa usaha untuk membuat hidungnya mancung antara lain 2 kali suntik silikon di pusat kecantikan dan mendatangi seorang ahli pengobatan alternatif yang terkenal dapat “mempermak” wajah seseorang, namun hingga kini hasilnya kurang memuaskan.
Akhirnya Yuni memutuskan untuk menjalani operasi plastik, sehingga dapat memperbaiki tulang hidungnya agar menjadi lebih mancung.


No comments:

Post a Comment