Monday, November 21, 2011

Aqidah Tauhid Sepanjang Sejarah Kehidupan Manusia

Aqidah Tauhid Sepanjang Sejarah Kehidupan Manusia

Oleh: Lubi Nurzaman, Fakultas Psikologi Smester I Kelas B

Menurut bahasa (etimologi) aqidah berasal dari bahasa arab yaitu al-'aqdu (الْعَقْدُ) yang berarti ikatan, at-tautsiiqu (التَّوْثِيْقُ) yang berarti kepercayaan atau keyakinan yang kuat, al-ihkaamu (اْلإِحْكَامُ) yang artinya mengokohkan (menetapkan), dan ar-rabthu biquw-wah (الرَّبْطُ بِقُوَّةٍ) yang berarti mengikat dengan kuat. Sedangkan menurut istilah (terminologi): akidah adalah iman yang teguh dan pasti, yang tidak ada keraguan sedikit pun bagi orang yang meyakininya (id.wikipedia.org/aqidah). Tauhid menurut bahasa (etimologi) berasal dari bahasa arab yaitu wahada (وحد ( yang berarti esa atau satu. Sedangkan menurut istilah (terminologi) tauhid adalah menghambakan diri hanya kepada Allah SWT (mengesakan Allah SWT) secara murni dan konsekwen dengan menjalani segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya, dengan penuh rasa rendah diri, cinta, harap dan takut kepada-Nya (Muhammad bin Abdul Wahab, 2007:3).

Menurut pengertian di atas maka aqidah tauhid adalah iman yang teguh terhadap Tuhan Yang Maha Esa yaitu Allah SWT dengan tidak mempersekutukan-Nya dengan makhluk selain Dia, menjalani segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya dengan penuh rasa rendah diri, cinta, harap dan takut kepada-Nya. Dalil al-qur’an yang berhubungan dengan aqidah tauhid salah satunya terdapat dalam surat Al-Ihlas ayat 1-5:

ö@è% uqèd ª!$# îymr& ÇÊÈ ª!$# ßyJ¢Á9$# ÇËÈ öNs9 ô$Î#tƒ öNs9ur ôs9qムÇÌÈ öNs9ur `ä3tƒ ¼ã&©! #·qàÿà2 7ymr& ÇÍÈ

Artinya:

"Katakanlah! Dia-lah Allah, yang Maha Esa (1). Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu (2). Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan (3). Dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia (4). (QS. Al-Ikhlas: 1-4)

Ayat di atas memerintahkan kepada manusia untuk meyakini bahwa Allah itu esa artinya manusia harus memiliki aqidah yang di ridhai Allah SWT yaitu aqidah tauhid.

Dalam sejarah perkembangannya, aqidah tauhid telah ada sejak manusia pertama diciptakan yaitu nabi Adam as, Adam as merupakan rasul pertama yang membawa risalah ketauhidan di muka bumi ini, Adam as pertamakali mengajarkan ajaran aqidah tauhid kepada generasi pertama anak keturunannya akan tetapi seiring makin bertambah banyaknya keturunan Adam dan mereka mulai tersebar di seluruh permukaan bumi maka sedikit demi sedikit aqidah tauhid yang di ajarkan oleh nabi Adam as mulai terkontaminasai oleh ajaran-ajaran baru yang bersumber dari hasil pemikiran anak keturunan Adam as maka munculah berbagai penyimpangan aqidah tauhid bahkan sampai meninggalakan aqidah tauhid itu sendiri seperti para penyembah berhala yang berkeyakinan bahwa berhala yang mereka sembah merupakan perantara yang mehubungkan mereka dengan Allah SWT dan keyakinan seperti ini sangat bertentangan dengan ajaran aqidah tauhid yang diajarkan oleh Adam as.

Setelah wafatnya nabi Adam as dan banyak manusia telah jauh meninggalakan aqidah tauhid yang di ajarkan Adam as maka Allah mengestafetkan tugas menyebarkan risalah tauhid kepada rasul-rasul lain yang diutus-Nya. Setiap rasul diutus untuk mengajarkan aqidah tauhid yang sama yaitu Allah itu esa dan tiada sekutu bagi-Nya, meskipun ada sedikit perbedaan akan tetapi perbedaan itu hanyalah dalam masalah cara penyampaian yang timbul karena situasi dan kondisi masayarakat yang berbeda-beda.

Perkembangan aqidah tauhid mengalami pasang surut sesuai keadaan zaman, terkadang banyak rintangan dan terkadang banyak dukungan. Pada zaman Rasulullah saw perkembangan aqidah tauhid diawali dengan banyaknya penentangan, khususnya dari kaum kafir quraisy, akan tetapi seiring berjalannya waktu akhirnya risalah tauhid yang dibawa oleh Rasulullah saw dapat diterima oleh banyak orang. Ajaran aqidah tauhid ketika Rasulullah masih hidup terjaga dengan baik karena stiap ada permasalahan yang berhubungan dengan masalah aqidah tauhid maka Rasulullah sendirilah yang turun tangan menyelesaikannya berdasarkan petunjuk Allah SWT melalui wahyu yang diturunkan-Nya seperti pada kasus perselisihan para sahabat tentang masalah qadar namun perselisihan itu berhenti ketika nabi muhamad berkata kepada mereka “apakah dengan ini kamu diperintahkan? Apakah dengan ini aku di utus? Aku tugaskan dirimu supaya kamu jangan berbantah-bantah pada qadar itu”. Dengan perkataan itu, akhirnya perdebatan antar sahabat terselesaikan dengan damai (esai-esai.blogspot.com).

Setelah Rasulullah saw wafat, ajaran aqidah tauhid pada awalnya tidak terjadi perbedaan. Akan tetapi seiring makin berkembangnya agama Islam, dengan pengikut yang berasal dari berbagai wilayah dan suku bangsa maka mulailah terjadi perbedaan pendapat tentang aqidah tauhid, perbedaan di mulai ketika terjadi ke kisruhan politik dalam pemerintahan Islam di tandai dengan terbunuhya Ustman bin Affan. Pada masa inilah timbul berbagai kelompok yang berusaha mempertahankan pendapatnya dengan menggunakan dalil-dalil al-quran menurut penafsiran mereka sendiri yang diragukan kebenarannya sehingga terjadilah berbagai konflik yang menimbulkan banyak korban jiwa seperti Ghailan Ad-damsyiqi seorang qibti yang masuk Islam kemudian dihukum mati oleh khalifah Hisyam ibnu Malik (wafat 125 H) karena membicarkan masalah qodar dan semua ini sangat merugikan umat Islam. Akibatnya dakwah Islam terhambat, ketika itu umat Islam sibuk menyelesaikan konflik internalnya sendiri dari pada berdakwah.

Di akhir abad I Hijriyah wilayah kekuasaan Islam terbentang luas. Ajaran aqidah tauhid pada waktu itu disampaikan dengan pemahaman yang cemerlang, iman yang hebat dan kesadaran yang hebat. Akibat dari perkembangan dakwah Islam tersebut, Islam berinteraksi dengan peradaban-perdaban dan agama-agama bangsa lain yang telah memeluk Islam maka terjadilah kontaminasi terhadap ajaran aqidah tauhid murni oleh para muallaf yang berasal dari bangsa lain dengan berbagai perdaban-perdaban dan agama-agamanya. Oleh karena itu untuk menjaga kemurnian aqidah tauhid maka para ulama mulai membahas aqidah tauhid dari berbagai segi (Syamsudin Ramadhan, 2003:7-8). Usaha para ulama ini melahirkan kitab-kitab tentang aqidah tauhid seperti kitab al-ma’rif karya Ibnu Qutaibah, kitab fathul majid karya Sulaiaman bin Abdullah bin Abdul Wahab. Kitab-kitab ini berusaha menjaga kemurnian aqidah tauhid sesuai yang diajarkan oleh Rasulullah saw.

Perkembangan aqidah tauhid dari masa kemasa terus mengalami perubahan menyesuaikan dengan keadaan zaman seperti lahirnya ajaran Islam liberal di zaman modern.

Kesimpulan dari semua pembahasan di atas adalah aqidah tauhid dalam sejarah kehidupan manusia telah ada sejak manusia pertama diciptakan yaitu Adam as kemudian penyebaran risalah aqidah tauhid diteruskan oleh rasul-rasul setelah Adam as. Aqidah tauhid dalam perkembangannya banyak mengalami perubahan sesuai dengan keadaan zaman. Pada masa Rasulullah saw aqidah tauhid terjaga dengan baik karena setiap ada permasalahan yang berhubungan dengan aqidah tauhid Rasulullah saw sendirilah yang turun tangan untuk menyelesaikannya barulah setelah Rasulullah saw wafat banyak terjadi perbedaan tentang aqidah tauhid disebabkan semakin berkembangya agama Islam dengan ragam latar belakang para pemeluknya.

Daftar Pustaka

Abdul Wahab, Muhammad bin, Kitab Tauhid, Riyadh: Maktab Dakwah dan Jaliyat Bimbingan Rabwah, 2007.

Ramadhan, Syamsuddin, Kekeliruan Ilmu Kalam, Bogor: Al-Azhar Press, 2003.

http://www.id.wikipedia.org/aqidah

http://www.esai-esai.blogspot.com

1 comment: