Sunday, March 18, 2012

STUDIUM GENERAL “PSIKOLOGI ISLAM DAN TASAWUF” FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG


Oleh: Lubi Nurzaman*

Hari Rabu yang lalu tepatnya tanggal 14 Maret 2012 alhamdulillah telah dilaksanakan kuliah umum atau stadium general yang bertempat di aula STT Mandala Bandung dengan pembicara Prof.Dr. Afif Muhammad, M.A. beliau adalah guru besar di Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Gunung Djati Bandung. Acara ini sendiri diselenggarakan oleh Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung sebagai salahsatu agenda rutin yang diadakan disetiap awal smester. Berikut ini adalah salahsatu isi pembahasan dari stadium general yang telah dilaksanakan itu. Selamat membaca!.
Menurut salah seorang psikolog muslim, Hana Djuhana Bastaman, “Psikologi dan Islam adalah seperti dua sisi mata uang yang tak bisa dipisahkan” artinya bahwa sejak Islam lahir ke muka bumi ini Islam telah memberikan ajaran tentang psikologi baik secara tersirat maupun tersurat namun belum ada penamaan khusus tentang ilmu yang membahas tentang perilaku manusia ini karena nama psikologi baru muncul pada abad ke 18 oleh para psikolog barat.
Marilah kia lihat perbedaan antara Psikologi Islam dengan Psikologi Barat atau yang pak Afif sebutkan Psikologi Islam dan psikologi konvesional (barat).
Lahirnya psikologi di barat ketika terjadinya sekularisasi sehingga melahirkan psikologi bebas nilai yaitu bebas dari nilai-nilai agama dan berkembang hanya berdasarkan rasionalisme dan empirisme tanpa mengandung nilai-nilai agama.
Perbedaan mencolok juga terihat dalam pembagian rumusan manusia anatara Islam dan barat, menurut Islam  manusia yang sempurna adalah manusia yang iman dan takwanya telah sesuai dengan ajaran Islam dan segala perbuatannya sesuai dengan ajaran Islam sedangkan manusia sempurna menurut barat adalah manusia yang memilki fisik kuat, harta yang banyak, jabatan yang tinggi, dan segala sesuatu di ukur dengan rasionalisme dan empirisme. Di barat ukuran kebahagian dihitung hanya berdasarkan materi semata sedangkan di Islam ukuran kebahagian adalah bahagia fisik dan psikis, kita semua bisa melihat walaupun negara-negara muslim dari segi materi mayaoritas kekurangan tetapi hidup mereka bahagia karena psikisnya (kejiwaan/ruhani) juga bahagia sedangkan di barat walaupun materi banyak tetapi psikis mereka tidak bahagia indikatornya adalah tingkat bunuh di negara-negara barat lebih tinggi daripada di negara-negara muslim..
Setiap manusia di lahirkan dengan dibekali dua potensi yaitu potensi rasioal dalam bentuk akal dan intuisi dalam bentuk hati, dari ke dua potensi tersebut manusia dapat menjalani hidup dan kehidupannya tergantung bagaimana manusia itu mendayagunakan kedua potensi yang dimilikinya.
Menjadi seorang muslim yang ideal adalah cita-cita setiap kaum muslimin di dunia ini. Muslim yang ideal adalah muslim yang memilki jasmani yang sehat, ruhani yang sehat dan agama yang benar. Akan tetapi, untuk mencapai muslimyang ideal itu bukanlah hal yang mudah, salah satu indikatornya adalah dalam pelaksanaan salah satu kewajiban pokok ummat Islam yaitu shalat, masih banyak ummat Islam yang secara fisik terlihat shalat akan tetapi jiwanya tidak shalat. Al-Ghazali pernah berkata, “Banyak orang yang takbirotul ihrom tapi sebenarnya ia tidak shalat, karena ruhaninya juga tidak shalat”.
Para psikolog barat berpandangan bahwa Tuhan adalah sesuatu yang diciptakan manusia untuk memenuhi rasa amannya. Sigmund Freud, seorang ahli psikologi aliran psikoanalisa pernah berkata, “Manusia di lahirkan tidak beragama dan Tuhan diciptakan manusia karena mansia membutuhkan rasa aman”. Masih kata Freud, “Tuhan pertama manusia adalah ibunya karena ibunya memberikan rasa aman dan seiring dengan tumbuh kembangnya manusia maka Tuhannya juga terus berganti sampai dengan titik dimana manusia berhasil mengatasi semua masalahnya sehingga manusia tidak lagi membutuhkan Tuhan”. Beda dengan ummat Islam, sejak baru di ciptakan di alam ajali manusia telah ber-Tuhan dan baru ketika dilahirkan ke dunia manusia dapat memahami tentang Tuhan dengan akan dan pikirannya dan dijabarkan dalam bentuk perbuatan.
Rasulullah SAW.  mengajarkan Islam kepada para sahabat yang pertama adalah dari kognisinya terlebih dahulu kemudian ke afektif dan psikomotor sehingga ajaran Islam  mudah dicerna oleh para sahabat. Strategi Rasulullah ini dapat kita tiru sehingga ummat Islam dapat memahami ajaran Islam secara kaffah.
“Kalau punya uang simpanlah di dompet jangan disimpan di pikiran” begitulah bunyi salahsatu  peribahasa. Makna dari peribahasa tersebut adalah kita harus berpikir bahwa segala sesuatu yang kita miliki hakikatnya adalah milik Allah SWT sehingga kita jangan terlalu memikirkan hal-hal yang kita miliiki di dunia ini karena semua itu adalah titipan dari Allah SWT semata.
Kembali keperbedaan antara Psikologi Islam dengan Psikologi Barat. Perbedaan selanjutnya adalah hal aksiologi atau kegunaan, Psikologi Islam mengatasi masalah yang akan dan belum terjadi sedangkan Psikologi Barat megatasi masalah yang telah terjadi. Akan tetapi, ummat Islam zaman sekarang baru pintar hanya dalam segi keilmuwan saja sedangkan praktinya tidak, padahal salahsatu yang dapat menjadikan ilmu berkembang dan bermanfaat adalah mempraktikannya. Dalam Taswuf dikenal istilah “Knowledge by Experience” atau pengetahuan berdasarkan pengalaman yaitu pengetahuan yang didapat akan lebih mudah di serap dan dipahami apabila didapatkan berdasarkan pengalaman-pengalaman terutama penglaman mempraktikannya. Dan masalah selanjutnya yang dihadapi ummat Islam adalah sikap “Sains Phobia” atau ketakutan yang berlebihan terhadap pengetahuan terutama pengetahuan tentang keduniawian seperti biologi, fisika, antropologi dan lain sebagainnya.
Kesimpulannya adalah:
1.      Psikologi dan Islam adalah seperti 2 sisi mata uang yang tak bisa dipisahkan.
2.      Lahirnya psikologi di barat ketika terjadinya sekularisasi sehingga melahirkan psikologi bebas nilai yaiut bebas dari nilai-nilai agama, psikologi yang lahir di barat ini lahir dan berkembang berdasarkan rasionalisme dan empirisme tanpa mengandung nilai-nilai agama.
3.      Setiap manusia di lahirkan dengan dibekali dua potensi yaitu potensi Rasioal dalam bentuk akal dan Intuisi dalam bentuk hati, dari ke dua potensi tersebut manusia dapat menjalani hidup dan kehidupannya tergantung bagaimana manusia itu mendayagunakan kedua potensi yang dimilikinya.
4.      Muslim yang ideal adalah muslim yang memilki jasmani yang sehat, Ruhani yang sehat dan agama yang benar.
5.      Rasulullah SAW. Mengajarkan Islam kepada para sahabat yang pertama adalh dari kognisinya terlebih dahulu kemudian ke afektif dan psikomotor sehingga ajaran Islam mudah dicerna oleh para sahabat.
6.      Psikologi Islam mengatasi masalah yang akan dan belum terjadi sedangkan Psikologi Barat megatasi masalah yang telah terjadi.
7.      “Sains Phobia” atau ketakutan yang berlebihan terhadap pengetahuan terutama pengetahuan tentang keduniawian seperti biologi, fisika, antropologi dan lain sebagainnya.


Keterangan:
*Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung semester II angkatan 2011/2012.

No comments:

Post a Comment