The
Bullshit Relationship!!!!!
Ketika rasa ini kembali singgah di hati, nostalgia suasana hati beberapa
tahun yang lalu. Cinta, mayoritas manusia di muka bumi ini menyebutnya. Tak
perlu panjang lebar menerangkan apa itu cinta karena sudah jutaan kali orang
memaparkannya, mulai dari yang biasa sampai yang luar biadab. Godaan untuk
terjun ke arah sana memang sangat besar, menjadikan pertarungan batin yang
begitu dahsyat. Berkaca pada pengalaman sebelumnya, yang mana dengan jatuh
cinta semuanya menjadi gila, terlebih lagi apabila di ungkapkan, semakin
abnormal saja sang pelakunya.
Walaupun
pada awalnya niat untuk menjalin hubungan ini sangat mulia, untuk saling
mengingatkan, untuk salin menasehati, bertukar pikiran dsb. Akan tetapi,
apabila sesuatu yang dilakukan dalam bingkai kemaksiatan maka segala sesuatu
yang di dalamnya pun ikut kecipratan dosanya. Mengingatkan untuk tahajjud,
misalkan, akan tetapi di balik niat baik itu sesungguhnya ada motif yang lebih
besar seperti untuk memberikan perhatian padahalkan ini sudah termasuk
kaategori riya. Perasaan mengalahkan akal sehat, lihat mana yang lebih
bermanfaat bagi anda, walaupun pada dasarnya prestasi di tempat belajar tidak
menurun akan tetapi dalam aspek non-rill seperti ibadah, doa yang tak kunjung
terkabul ataupun menjalani hidup seperti terlalu banyak masalah yang menimpa.
Semua itu bisa disebabkan karena dosa yang dilakukan tak kunjung berhenti.
Sangat lucu ketika melihat orang yang sedang bersimpuh di atas karpet
masjid, mulutnya komat-komit mengucapkan doa, meminta kepada yang maha Suci.
Akan tetapi, perilakunya sehari-hari jauh dari nilai-nilai ke Islaman seperti
cara berinteraksi yang salah dengan lawan jenis. Mungkin dia tidak tahu kriteria
doa yang akan terkabul, bisa saja seperti itu. Sangat di sayangkan ketika
melihat seseorang yang nampak dari luar begitu religius akan tetapi di sisi
lain dia begitu bertentangan dengan nilai-nilai religi. Ok, penulis sekarang
berkata jujur. Dalam tulisan ini penulis ingin mengungkapakan opini penulis
tentang fenomena pacaran dewasa ini. Penulis sangat memaklumi jiwa-jiwa muda
yang penasaran akan sesuatu yang baru seperti pacaran dsb. Karena pada dasarnya
penulis sendiri pun pernah mengalami masa-masa begitu, ingin sekali seperti
orang lain. Hikmah yang dapat di ambil adalah:
.
1. Pada awalnya
sangat menyenangkan akan tetapi setelah berjalan beberapa lama akhirnya dapat
membuat kesimpulan bahwa yang di jalani sekarang ini adalah perbuatan yang
tidak di sukai Allah dan Rasul-Nya.
2.
Menyadari
bahwa yang di jalani merupakan salahsatu penghambat kesempurnaan ibadah karena
menjalankan agama itu harus totalitas, jangan hanya tahu ajarannya saja akan
tetapi perilaku bertentangan dengan ajaran yang di ketahui itu.
3.
Ada yang
mengatakan dengan adanya pasangan akan memotivasi agar lebih berprestasi,
disiplin, rajin ibadah dsb. Secara kasat mata memang sperti itu, akan tetapi
setelah di jalani ternyata mayoritas orang mengatakan lebih banyak efek
negatifnya karena ketika bahagia pikiran terus memikirkannya dan ketika ada
masalah tetap juga memikirkannya. Mengawang-ngawang terbang jauh ke alam khyalan,
membayangkan berduan bermesraan di taman yang indah. Membayangkan diri ini yang
penuh salah pada dirinya, dia yang salah, bertahan dengan diam agar dia merasa
bersalah, negatifnya. Kalau saja motivasi itu datang karena mengharap cinta
Allah, pasti akan berbeda ceritanya.
4.
Bertestimoni
ke unggulan dan kekurangan diri demi mendapatkan pengertian dan perhatian
lebih. Terkadang dibumbui kebohongan-kebohongan menuju kehancuran.
5.
Mulai
berfikit negative bahkan vulgar. Dari sekedar menempelkan baju sampai dengan
menepelkan kulit.
6.
Memandang
dengan penuh kasih sayang, lama kelamaan memandang dengan motif birahi.
7.
Memperhatikan
bentuk tubuh kemudian membayangkan apa di dalamnya? Dan kemudian seperti apa
rasanya?. Membuat target-target “memesumi”, crazy thought.
8.
Perkataan
kurang ajar, vulgar, genit, manja, bohong, dusta, munafik demi berwarnanya hubungan.
Begitu
indahnya orang-orang yang dapat mengalahkan perasaan pragmatis pembawa
dilematis dalam hidup, mereka percaya ada usaha untuk mendapatkan itu tanpa
harus mengorbankan tujuan hidup di dunia.
Pikiran
moderat memandu ke arah pertengahan, seperti mengaharap pahala dan siksa. Dalam
islam ada yang di sebut ta’aruf. Ta’aruf tidak boleh berlebihan, cukup mengenal
fisik dan kepribadian yang diahalalkan untuk diketahui. Khitbah lalu nikah.
Maka berpacaranlah setelah menikah.
realitanya jaman sekarang kan kalo anak muda diceramahin jangan pacaran pake dalil agama mah nganggap yang ceramahnya ga laku om..
ReplyDeleteItulah realita zaman sekarang, dalam ayat al-qur'an di katakan, “Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedangkan kamu tidak mengetahui.” (Al-Baqarah: 216)
Delete