Friday, May 4, 2012

Dorongan Psikis dalam Al-Quran


DORONGAN PSIKIS DALAM ALQURAN

Dorongan psikis adalah dorongan yang berasal dari jiwa yang bersifat abstrak. Menurut psikoanalis Freud dorongan psikis terletak di id kemudian di ekspresikan oleh ego. Dorongan psikis secara sifat terbagi dua yaitu dorongan psikis yang bersifat positif dan dorongan psikis yang bersifat negatif.
Salah satu bentuk dorongan psikis positif adalah rasa cinta dan kasih sayang. Dalam Al-Quran terdapat banyak sekali ayat berhubungan dengan cinta dan kasih sayang. 
Dan di antara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman sangat cinta kepada Allah. Dan jika seandainya orang-orang yang berbuat dzalim itu mengetahui ketika mereka melihat siksa (pada hari kiamat), bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya dan bahwa Allah amat berat siksaan-Nya (niscaya mereka menyesal). (Q.S. Al-Baqarah: 165)
Secara implisit ayat di atas mengandung arti tentang rasa cinta yang dimilki oleh orang-orang kafir kepada berhala-berhala. Sedangkan orang-orang beriman sangat cinta kepada Allah. Dan juga dalam ayat berikut ini:
Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga). (Al-Imran:14)
Ayat di atas juga mengandung arti bahwa pada dasarnya setiap manusia memilki rasa cinta baik terhadap benda mati maupun benda hidup.
Katakanlah: “Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu.” Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Al-Imran:31)
Dan yang termasuk dari dorongan psikis negatif adalah marah atau dalam bahasa arabnya adalah al-ghadlab. Dalam Alquran, kata al-ghadlab, dengan perubahan bentuk kata, jumlahnya tak kurang dari 24 kali. Dari sekian banyak ayat tersebut, kata al-ghadlab lebih banyak dikaitkan kepada Allah sebagai Sang Khalik. Hanya sedikit ayat yang mengaitkan al-ghadlab dengan manusia. Itu pun bukan terhadap manusia biasa, tetapi terhadap Nabi Musa AS. (QS al-A'raf [7]: 150).
 Dan tatkala Musa telah kembali kepada kaumnya dengan marah dan sedih hati berkatalah dia: Alangkah buruknya perbuatan yang kamu kerjakan sesudah kepergianku! Apakah kamu hendak mendahului janji Tuhanmu?" Dan Musa pun melemparkan luh-luh (Taurat) itu dan memegang (rambut) kepala saudaranya (Harun) sambil menariknya ke arahnya. Harun berkata: Hai anak ibuku, sesungguhnya kaum ini telah menganggapku lemah dan hampir-hampir mereka membunuhku, sebab itu janganlah kamu menjadikan musuh-musuh gembira melihatku, dan janganlah kamu masukkan aku ke dalam golongan orang-orang yang lalim".
Secara impilisit ayat di atas mengandung arti bahwa marah itu merupakan salahsatu dorongan psikis yang di sebabkan adanya stimulus internal maupun eksternal.

No comments:

Post a Comment