Friday, May 4, 2012

Emosi dalam Al-quran


EMOSI DALAM ALQURAN

Hikmah Allah SWT menuntut agar manusia, demikian pula hewan, membekali diri dengan berbagai emosi yang juga akan membantunya dalam kelangsungan kehidupannya.
Emosi akan mengarahkan perilaku seperti halnya motif. Dalam al-Qur’an dikemukakan gambaran yang cermat tentang berbagai emosi yang dirasakan manusia, seperti takut dan marah.
A.    Takut
Emosi takut termasuk emosi yang penting dalam kehidupan manusia, emosi takut mempunyai beberapa manfaat, diantaranya:
1.       Takut akan membantu manusia agar waspada terhadap segala bahaya yang mengancam.
2.       Membantu manusia dalam menjaga kelangsungan hidupnya.
3.       Mendorong orang mu’min agar menjaga diri dari azab Allah SWT.  Pada kehidupan akhirat.
4.      Mendorong orang Mu’min agar tidak terjerumus kedalam kemaksiatan, berpegang pada ketaqwaan, teratur dalam beribadah kepada Allah dan mengerjakan amal-amal  yang diridhoi-Nya.   
 “Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayatNya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal.”
Emosi takut adalah suatu kondisi berupa gangguan yang tajam yang dapat menimpa semua individu. Al-qur’an menggambarkan ganguan tersebut dengan keguncangan hebat yang mengguncang manusia dengan hebat sehingga menghilangkan kemampuan berpikir dan pengendalian diri.
Apabila keadaan takut sangat hebat dan tiba-tiba manusia akan semaput selama jangka waktu tertentu dan ia tidak dapat bergerak atau berpikir. Al-Qur’an telah mengisyaratkan kondisi semaput yang disebabkan oleh takut yang hebat dan tiba-tiba dalam penggambaran hari kiamat.
Manakala bahaya yang hebat meliputi manusia dan perasaan takut mengasainya, segenap perhatiannya terkonsentrasi pada bahaya itu dan upaya untuk menyelamatkan diri dari bahaya tersebut. Perhatian manusia itu tidak akan berpaling kepada hal lain.
Emosi takut akan diiringi banyak perubahan pada fungsi-fungsi fisiologis yang tersumbat, roman muka, nada suara, dan kondisi fisik.
Biasanya manusia merespon keadaan bahaya yang mengancamnya dan emosi takut dengan bergerak menjauh dan lari dari bahaya tersebut. Al-Qur’an telah mendeskripsikan respon manusia berupa lari dari berbagai keadaan  bahaya yang mengancam serta bangkitnya takut. Hal tersebut diuangkapkan saat menggambarkan orang-orang kafir dan kaum terdahulu yang telah ditimpa azab Allah lantaran mereka mendustakan nabi-nabi mereka dan bersikukuh dalam kekafiran. Akibatnya, mereka diliputi kepanikan seraya bergegas lari menjauh dari azab tersebut.

B.     Marah
Marah merupakan emosi penting yang akan melaksanakan fungsi penting bagi manusia. Marahkan membantu manusia dalam menjaga dirinya. Ketika manusia marah, kekuatannya bertambah dalam melakukan pekerjaan berat dan keras yang memungkinkannya dapat mempertahankan diri atau menguasai berbagai kendalan yang menghadangnya dalam mewujudkan tujuan-tujuannya yang penting.
Al-Qur’an memuji penggunaan kekerasan terhadap kaum kafir yang menghalangi penyebaran Islam. Kekerasan disini timbul karena marah di jalan Allah dan dalam rangka menebarluaskan dakwah Islam.
Allah SWT menyuruh Nabi SAW dan orang-orang Mukmin yang ada bersama beliau untuk memerangi kaum kafir dan bertindak tegas terhadap mereka. Peperangan dan ketegasan timbul lantaran marah dalam rangka menyebarluaskan dakwah Islam. Allah Hai orang-orang yang beriman, perangilah orang-orang kafir yang di sekitar kamu itu, dan hendaklah mereka menemui kekerasan daripadamu, dan ketahuilah, bahwasanya Allah bersama orang-orang yang bertaqwa.” (Q.S. Al-Anfal: 39)
 “Hai Nabi, perangilah orang-orang kafir dan orang-orang munafik dan bersikap keraslah terhadap mereka. tempat mereka adalah Jahannam dan itu adalah seburuk-buruknya tempat kembali.” (Q.S. At-Tahrim: 9)
Manusia cenderung merespon emosi marah dengan menghindari kendala-kendala yang menghalangi pemuasan motif atau tujuan-tujuannya, baik kendala itu bersifat kepribadian, materi ataupun syarat-syarat sosial. Namun, yang banyak terjadi adalah menyalurkan marah kepada orang lain yang sesungguhnya bukan merupakan kendala yang menghalangi tujuan-tujuan manusia, atau kepada orang lain yang bukan merupakan sebab yang memicu emosi marah.
Kadang-kadang, marah manusia terjadi karena seseorang, tetapi ia takut menunjukan marahnya karena sanksi yang akan diterimanya. Dalam kondisi seperti ini, adakalanya marah dipindahkan serta disalurkan kepada orang lain atau kepada benda-benda lain. Adakalanya marah ditujukan pada diri sendri lalu ia melakukan beberapa perilaku agresif yang diarahkan kepada dirina Ketika emosi marah menguasai manusia, kemampuannya untuk berfikir jernih tidak dapat bekerja dengan baik.  Terkadang, muncul darinya beberapa tindakan atau perkataan pemusuhan yang kemudian akan disesalinya manakala marahnya merea.
Ketika kehilangan kemampuan untuk berpikir jernih disaat marah mluap, dan secara umum saat emosi-emosi memuncak, pentinglah bagi seseorang untuk menahan diri, dari melakukan tindakan yang dapat mendatangkan penyesalan sesudahnya. Begitu pula ia mesti belajar mengendalikan marahnya.
Jelaslah hikmah pesan Allah SWT kepada manusia untuk mengontrol dan menahan emosi marah.



No comments:

Post a Comment